Assalamu'alaikum Wr Wb Wq Selamat Datang di blog saya, semoga blog ini mempunyai manfaat yang berguna bagi yang telah mengunjungi blog saya ini, karena blog saya ini merupakan kumpulan dari tulisan saya, semua tulisan saya, daripada ide terpendam sia sia, jadi saya tuangkan ke dalam blog saya ini. Selain itu sengaja saya berikan daftar daftar informasi, sebagai acuan atau pedoman bagi pengunjung blog saya ini. Akhir kata, terima kasih telah berkunjung, dan memanfaatkan isi dari blog saya. Wa'alaikum salam Wr Wb Wq

BIODATA SAYA

Foto saya
CIMAHI - BANDUNG, JAWA BARAT, Indonesia

Rabu, Desember 15, 2010

CERITAKU...BERI JUDUL YA? KARENA BINGUNG MAU BERI JUDUL APA?

       "Awas ! Minggir - minggir, beri jalan, beri ruang" Teriak ku kalut, Setelah indra anakku berhasil ku angkat dari sumur. Segera saja, dia ku rebahkan di tempat yang datar, dan ku beri nafas buatan. Dengan harap harap cemas, sambil berdoa, ku lakukan sebisa mungkin untuk menyelamatkan hidupnya. Orang - orang yang mengerumuni hanya bisa melihat saja diriku yang berjuang menyelamatkan buah hatiku tersayang. Akhirnya, usahaku tidak sia sia, anakku tersedak setelah beberapa kali kuberi nafas buatan, dan dengan lirih dia memanggil diriku "Ayah", Langsung kupeluk erat anakku, kuberi kehangatan dengan badanku, meski tubuhku sebenarnya juga dalam keadaan basah, tapi tak kuperdulikan, yang kurasakan hanya kebahagiaan yang menyelimuti diriku karena berhasil menyelamatkan anakku. Setelah itu dengan di antar ambulance, kubawa indra ke rumah sakit, entah darimana datangnya ambulance itu, mungkin salah satu dari orang - orang yang mengerumuniku yang memanggilkan ambulance.
       Setelah hampir seminggu di rawat intensif di rumah sakit, dan di nyatakan sehat oleh dokter, indra anakku ku bawa pulang, kami buat acara kecil untuk menyambut kedatangan buah hatiku tercinta, dengan harapan, dia melupakan kejadian yang telah menimpanya dan dapat melanjutkan hidupnya seperti semula. Karena selama di rawat di rumah sakit, anakku menjadi pendiam sekali, padahal sebelumnya dia sangat periang, sewajarnya anak berumur 8 tahun yang ceria dan penuh tawa. Itulah sebabnya dia di rawat agak lama di rumah sakit, karena para dokter, ingin melihat perkembangan mentalnya. Dan harapanku setelah berada di rumah, dan kembali di tengah tengah keluarga, dia akan kembali ceria, mungkin selama di rumah sakit, dia menjadi pendiam, karena dia berada di lingkungan yang asing baginya, apalagi dia habis mengalami musibah.
       Tapi ternyata, harapanku sia sia, tak terasa sudah 3 bulan sejak kejadian itu, anakku tetap sulit di ajak bicara, dia menjadi sangat pendiam, di sekolahpun dia lebih sering termenung sendiri, bahkan aku sering mendapat laporan dari kawan - kawan anakku juga gurunya, kalau indra lebih sering menyendiri, dan terlihat seakan akan berbicara dengan seseorang, tapi begitu di tanya, dia tidak menjawab tapi sebaliknya memandang tajam dan sinis yang mengusik keasyikkannya sambil pergi begitu saja. Di rumahpun sebenarnya kami pernah memergoki kelakuan anehnya itu, tapi karena kami sibuk, maka kami tidak begitu memperhatikan indra. Hanya pembantu kami saja yang sering mengeluh akan kelakuan aneh indra sekarang, itupun kami juga tidak memperhatikan, di karenakan kesibukkan kami masing - masing.
       Hari demi hari, minggu demi minggu, waktu begitu cepat berlalu, sudah hampir setahun, indra juga belum berubah keadaannya, sebenarnya kami tidak mendiamkan keadaan indra begitu saja, berdasarkan laporan - laporan yang ada, kami sudah berupaya semaksimal mungkin, untuk menyembuhkan indra kembali ke keadaannya semula. Sudah kami bawa ke beberapa psikiater, tapi hasilnya tidak memuaskan. Ke orang pintarpun sudah kami lakukan, meski tadinya aku tidak mau, tapi karena saran dari orang - orang, akhirnya ku turuti juga, tapi itupun juga tidak membuahkan hasil. Akhirnya kami pasrah saja, sambil tetap berusaha, kami juga berdoa, agar indra kembali ke keadaan normalnya kembali.
       Suatu hari, di tempat kami ada keramaian, indra ku ajak ke sana, karena selama ini, dia lebih sering menyendiri di kamarnya, tidak pernah lagi bermain dengan teman - temannya. Ku bawa dia ke keramaian itu, agar dapat bersosialisasi lagi, harapanku tidak sia - sia, karena indra, menikmati permainan yang ada di sana, meski diriku agak sedikit heran, karena selama bermain, dia lebih memilih bermain sendiri, tapi anehnya dia seperti ada teman bermainnya, padahal tidak ada orang di dekatnya, tapi karena dia begitu asyik, aku hanya memperhatikannya, karena dia tidak mau aku temani kalau sedang bermain.
       Sambil memperhatikan indra yang sedang asyik bermain, ku edarkan pandanganku ke sekililing, ku perhatikan permainan yang ada, orang - orang di sekelilingku. Tiba - tiba diriku teringat sesuatu, sepertinya aku pernah mengalami situasi seperti ini, "Dugkh ! Aku teringat kembali, bukan kah aku pernah mengajak indra di keramaian ini, di tempat yang sama ini, satu tahun yang lalu?" Kenapa aku bisa lupa begini?" Langsung saja aku edarkan pandanganku ke sekeliling dengan tergesa - gesa, ku cari sumur yang pernah hampir merenggut nyawa anakku, sumur di mana indra pernah tercebur di dalamnya. Hatiku tiba - tiba di cekam rasa takut yang tanpa alasan, tempat yang sama, keramaian yang sama, setahun yang lalu.
       Akhirnya ku lihat sumur tersebut, dan hatiku langsung tercekat, karena di sekeliling sumur tersebut, banyak orang yang mengerumuni, sambil melihat ke dalam sumur. Langsung kualihkan pandanganku ke tempat indra bermain tadi, tapi aku nyaris pingsan, karena indra tidak ada di sana. Aku panik, ku edarkan pandanganku, ku cari indra, sambil kupanggil - panggil nama anakku, tak kupedulikan orang - orang, yang kupikirkan hanya anakku saja. Tak kutemukan indra, refleks mataku melihat ke arah sumur lagi, dan ku lihat indra ternyata sedang menuju kerah sumur tersebut,mungkin dia tertarik dengan orang - orang yang mengerumuni sumur tersebut, entah apa yang di lihat mereka, aku tak tahu, dan aku tak mau peduli. 
       Takut terjadi sesuatu dengan anakku, ku kejar indra ke arah sumur yang di tujunya, jangan sampai anakku tercebur yang kedua kali di sumur yang sama. Tapi  langkahku tiba - tiba terhenti, karena indra sudah sampai sumur tersebut duluan, dan tanpa di duga tanpa bisa di cegah orang - orang yang yang ada,karena kejadiannya begitu cepat. Begitu sampai sumur, tanpa ada rasa ragu ataupun takut sekalipun, kulihat indra langsung melompat ke dalam sumur, panik diriku melihat yang di lakukan oleh anakku, tanpa peduli dengan kerumunan orang yang mungkin sama kagetnya dengan diriku. Aku langsung juga lompat ke dalam sumur, mengejar anakku. Aku langsung menyelam ke dasar sumur, karena sewaktu melompat tadi, ku lihat indra langsung tenggelam ke bawah.
       Tapi aneh, di dalam sumur, aku memang melihat indra, tapi dia tidak dalam kondisi tenggelam, tapi seakan menyelam semakin ke dalam, meski heran tapi aku tetap menyelam mengejar indra, ku kejar dia semakin ke dasar sumur. Sambil menyelam dan melihat ke arah indra terus, karena takut kehilangan dia, logikaku tetap berpikir, kenapa tidak kutemukan dasar sumur ini, seberapa dalam kah? kenapa tidak sampai - sampai? Mau kemana arah anakku menyelam? Kenapa dia tidak merasa takut? Beribu pertanyaan muncul di kepalaku. Tiba - tiba ku lihat ada sinar di bawah sana, dan kulihat indra masuk ke dalam sinar tersebut, dan aku kehilangan dirinya. Diriku panik karena kehilangan indra, kupercepat renangku ke arah cahaya tersebut,akhirnya diriku sampai di cahaya tempat hilangnya indra.
       Aku semakin heran, karena begitu menyentuh cahaya tersebut, diriku tidak berada di dalam sumur lagi, tapi berada di suatu tempat, aku tak tahu di mana? yang kutahu tadi aku menyelam di dalam sumur mengejar indra yang melompat ke dalamnya. Tapi aku tak perduli, ku perhatikan sekeliling tempat diriku muncul, ku tandai dengan pandanganku. Setelah pasti dengan tempatku berada, aku langsung mencari anakku, kulihat ada bekas tapak kakinya yang basah menuju ke suatu tempat, dan kulihat jejak kakikupun juga basah, berarti benar, kami tadi memang menyelam dalam sumur, meski logikaku tidak bisa menalar semua ini, dan sedang berada di alam apa? aku hanya berfikir aku harus segera mencari anakku, dan ku ajak pulang ke alam kami lagi.
       Sambil mencari anakku, aku tetap menandai arah yang kulewati, jangan sampai nanti kami tersesat, tidak bisa kembali pulang. Karena aku tidak tahu ada dimana ini? alam manusia kah? atau alam lain? Kucari terus anakku, sambil mengikuti jejak kakinya, yang semakin lama semakin tidak tampak jelas. Akhirnya harapanku tidak sia - sia, karena sayup - sayup ku dengar suara dua anak kecil sedang bercanda, suara yang satu sangat ku kenal, yaitu suara anakku sendiri, tapi yang satu suara anak siapa? Ku dekati dua sumber suara tersebut, meski hati ini sungguh gembira mendengar suara anakku, tapi aku tak mau gegabah, karena aku sadar, aku sedang tidak berada di alamku sendiri, entah alam apa? Ku dekati perlahan mereka, ku intip sedang apa anakku dengan suara satunya.
       Setelah mendapat tempat yang kuperkirakan tidak mungkin terlihat mereka, ku cari anakku dengan suara satunya, ku lihat anakku sedang asyik sedang bermain dan bercanda dengan seorang anak yang sebayanya, berbeda sekali anakku saat ini dengan setahun belakangan ini, dia begitu ceria dan bahagia, persis seperti sebelum dia tercebur ke dalam sumur setahun yang lalu. Tapi logikaku berkata, itu pasti bukan anak manusia seperti anakku, karena dia tinggal di alam ini, bukan alam kami, aku harus bisa mengambil anakku, bagaimanapun caranya, jangan sampai terlalu lama kami di alam ini, aku harus membawa pulang anakku, tapi aku tidak boleh gegabah, harus dengan rencana.
       Setelah menunggu lumayan lama, kulihat anak satunya masuk ke dalam rumahnya, ini kesempatan bagiku, untuk membawa pulang anakku. Ku dekati secara perlahan anakku, kupanggil dia, indra begitu terkejut melihat diriku ada di situ, tapi dia tetap mendekati diriku, setelah ada didekatku, dia bertanya "Ayah, kok ada di sini?" Tak kuhiraukan pertanyaan anakku, segera ku ajak dia ke tempat persembunyianku, karena aku takut ketahuan, dan juga kuatir anak yang satunya tadi kembali, karena nuraniku berkata kalau sampai ketahuan, keselamatan kami pasti terancam, untungnya indra menurut  untuk mengikutiku dan tidak berontak meski dengan wajah penuh pertanyaan, mungkin dia heran kenapa aku kok bisa ada di situ juga.
       Sampai di tempat persembunyianku, indra mengulangi lagi pertanyaannya tadi "Ayah, kok bisa ada di sini?' Ssstttt.....nak. Pelan - pelan bicaranya, nanti kita ketahuan." Tidak apa - apa yah, orangnya baik - baik kok, tidak ada yang jahat." Ia nak... ayah tahu, tapi kita tidak tahu, kita ada di mana ini? dan siapa tadi anak yang bersamamu tadi?' "oh....itu Ussef yah,, teman indra selama ini, itu rumahnya, bapak ibunya baik - baik deh yah' Kapan kamu kenal ussef nak, kok ayah tidak pernah lihat dia? Selidikku. "Baru setahun ini yah, ingatkan waktu ayah mengajakku ke pasar tahunan setahun yang lalu, di situ indra ketemu dia, ussef sudah sering ke rumah kita kok yah,,, bahkan sering tidur di kamar indra, waktu indra di rawat di rumah sakitpun, ussef yang menemani kok yah. "Dugkh ! Aku terkejut dengan ucapan anakku. Jadi benar ucapan para orang pintar yang ku datangi selama ini, kalau indra di ikuti oleh sesuatu sejak dia tercebur ke dalam sumur setahun yang lalu. Betapa naifnya diriku tidak memperhatikan anakku sendiri.
       Kulanjutkan lagi interogasiku, "Terus apa yang indra lakukan di sini?' Tanyaku. Jawaban indra sungguh membuat jantung seakan mau berhenti. " Kan kami sudah setahun berteman Yah dan ussef sdh sering ke rumah kita, sekarang gantian indra yang main ke rumah ussef,dan kata ussef tadi, indra boleh lama di sini, bahkan tinggal di sini juga gak apa - apa Yah" Segera saja kusanggah ucapan anakku "Nak....kalau mau main gak apa - apa. Tapi gak boleh lama - lama ya, apalagi sampai menginap lama'. "Kenapa Yah? ussef aja sering nginap di kamar indra, kok indra tidak boleh menginap di rumah ussef?" Ku cari jawaban terbaik, karena kutahu watak anakku, kalau dia tidak terima dia akan berontak. "Kan indra belum pamit sama ibu, nanti kalau ibu mencari bagaimana?' Kalau begitu ayah saja yang bilang ke ibu, kalau indra menginap di rumah ussef" Tak hilang akal dengan jawaban anakku, ku jawab lagi "Ayah bisa aja bilang ke ibu, tapi apa tidak sebaiknya indra yang bilang sendiri? dan menurut ayah, indra kan mau menginap di rumah usseff, lebih baik indra pulang dulu, ambil pakaian indra dan mainan indra, jadi tidak merepotkan orangtua ussef, gimana Nak" Kutawarkan opsi tersebut, dan untungnya anakku menyetujui, meski dengan harap - harap cemas. " Baiklah,yah. Tapi indra pamit dulu dengan ussef" Segera saja kucegah anakku, karena hatiku berkata, pasti tidak diperbolehkan, apalagi kalau tahu ada diriku di alam mereka, mungkin anakku di ijinkan, tapi tidak menjamin diriku. "Jangan nak,,, kita langsung aja ke rumah dulu, biar indra lebih cepat kembali ke sini lagi." Meski berat dengan kata - kataku, aku tahu dari sorot matanya, tapi indra menyetujui opiniku.
       Tanpa membuang waktu lagi, sebelum anakku berubah pikiran, segera saja kugendong anakku, ke tempat munculku tadi, dengan menelusuri arah yang sdh ku tandai tadi, dengan agak terburu - buru, takut ada yang memergoki, atau ussef sadar, kalau anakku ku bawa pulang, kupercepat langkahku untuk segera sampai ke tempat yang kutuju. Di tengah jalan, sambil mengendap - endap, jangan sampai ada yang melihat kami, ku dengar ada suara seperti pawai, aku penasaran meski aku sadar kami harus segera pergi dari alam ini, tapi rasa  penasaranku lebih besar, sambil menggendong anakku, aku mencari sumber suara tersebut. Setelah menemukan sumber suara tersebut, ternyata mereka sedang meggelar suatu pawai, sepertinya pawai angkatan bersenjata mereka, dan aku di buat takjub dengan alat - alat perang mereka, yang tidak pernah ku lihat di alam ku sendiri. Bagaimana tidak, bukan hanya kendaraan udara mereka yang seperti pesawat yang  begitu canggih, kendaraan darat mereka seperti Tank, truk,dll saja selain canggih, juga bisa terbang, meski terbangnya tidak seperti pesawat, atau bisa di bilang bukan terbang, tapi bisa melayang di udara. Prajuritnya pun sangat rapih barisannya, sungguh aku di buat takjub dengan kehebatan peralatan perang mereka dan orang - orangnya. Entah apa jadinya, bila mereka berperang dengan manusia?
       Tapi aku segera sadar, aku tidak boleh terlalu larut dengan rasa takjubku, apalagi anakku indra sudah mendesak supaya segera pulang ke rumah, karena dia tidak sabar ingin mengambil barang - barangnya dan segera kembali ke alam sini. Segera saja, ku pergi dari tempat persembunyianku dan  menuju ke tempat tujuanku dengan agak berlari, karena aku tidak mau terlalu berlama - lama di alam yang tidak ku ketahui ini. Sampai di tempat tujuanku, ku cari celah atau apapun yang bisa membuat kami keluar dari sini, karena aku tidak tahu, bagaimana aku tadi bisa berada di sini, yang ku tahu, aku sedang menyelam di sumur, ku lihat cahaya, dan tiba tiba berada di alam ini. Sedang bingung aku mencari tanda atau apapun, indra berkata padaku " Yah...kalau mau pulang,, geser aja patung itu, nanti ada lubang di sana' Darimana kamu tahu nak?" Tanyaku. "Kan tadi indra ke sini dengan Ussef, setelah kami capek main di pasar tahunan tadi dan ku lihat tadi ussef menggeser patung itu" Meski bingung, ku ikuti kata kata anakku, dan benar aja begitu ku geser patung yang ada di sana, ku lihat ada sebuah lubang, segera saja sambil ku gendong anakku, dan ku masuki lubang tersebut.
       Begitu memasuki lubang tersebut, tiba - tiba aku seperti kehabisan nafas, bersamaan dengan itu aku merasa ada air yang menyelimuti tubuhku, aku sadar aku sudah berada di dalam sumur lagi, segera saja ku berenang ke atas, meski aku tidak tahu mana arahnya, pikiranku hanya menyuruh untuk berenang ke atas, sebab aku mengkuatirkan kondisi anakku karena kami tiba - tiba berada dalam air, mudah mudahan dia kuat sampai atas, untungnya tak berapa lama aku berenang, aku sudah merasakan udara lagi di paru - paruku, tak seperti waktu menyelam tadi yang terasa lama, berenang ke atas terasa lebih cepat meski agak berat dengan indra di pundakku, setelah menghirup udara yang banyak, kulihat anakku, ku pastikan kondisinya, ku rasakan nafasnya, meski pelan tapi masih terasa, aku beryukur dia masih hidup walau tidak bergerak. Segera saja, dengan susah payah, aku memanjat keluar sumur.
       Sampai di atas, ku lihat hari begitu gelap, ternyata hari sudah malam, ku rebahkan anakku di tanah, ku beri nafas buatan sambil berdoa, tak berapa lama, anakku pun dapat bernafas lagi, kupeluk erat dirinya, biar hangat tidak kedinginan, meski sebenarnya diriku juga sedang menggigil kedinginan. Setelah tenagaku agak pulih, ku gendong anakku untuk menuju rumah. Ku langkahkan kakiku dengan perlahan tapi pasti, karena diriku juga sudah sangat lelah sebanarnya, tapi demi anakku, aku harus bisa sampai rumah. Mendekati rumahku aku heran, kenapa ada bendera kuning, dan kenapa ada tenda di depan rumahku, siapa yang meninggal? Kenapa ada beberapa orang yang duduk - duduk di teras rumahku? musibah apalagi ini? hatiku kecut, menjawab pertanyaan - pertanyaan yang ada di kepalaku, aku lelah, aku capek, tapi tetap ku paksa untuk melangkah menuju ke rumahku. Aku ingin segera sampai rumah, lagipula aku memikirkan kondisi anakku, yang harus segera di beri pertolongan.
       Tapi aku semakin terkejut, begitu sampai rumah melihat reaksi orang - orang yang ku lihat tadi di teras rumahku, mereka bukannya membantuku dan menolongku untuk membawa masuk anakku karena aku sudah sangat capek, tapi mereka malah berlari menjauhi diriku, sambil berteriak - teriak, yang entah aku tak tahu apa yang mereka teriakkan aku sudah tidak dapat mendengar lagi, yang aku tahu aku karena tidak kuat lagi, aku jatuh pingsan di teras rumahku, tapi aku yakin kalau kami sudah aman dan selamat. Terutama anakku buah hatiku, sudah aman berada di rumah kembali.
       Setelah sadar, aku sudah ada di tempat tidurku, aku ingin bangun, tapi masih terasa lemas, ku lihat banyak orang mengerumuniku, dan ada istriku, ku tanyakan anakku "Mana indra,bu?' Ada di kamarnya sedang tidur pak, dengan Bapak dan ibu, bapak istirahat aja dulu." Hatiku tentram, kupaksa diriku utnuk bangun, karena tak mau terlau larut dalam kondisiku. Ku edarkan pandangan ke seliling, ku dengar orang - orang saling berbisik - bisik sambil melihat ke arah diriku, entah apa yang mereka pikirkan.
       Setelah sadar sepenuhnya, aku melangkah ke kamar anakku, ku lihat indra begitu damai dalam tidurnya, puas aku melihat anakku, aku kembali ke ruang tamu, di ruang tamu baru aku temukan jawaban dari semua pertanyaanku tadi. Ternyata kami dinyatakan sudah 3 hari tenggelam dalam sumur, tapi jasad kami tidak diketemukan, dan tahlilan ini di adakan untuk keselamatan kami, karena kata orang pintar kami masih hidup tapi ada di alam lain, juga kata orang - orang sebelum anakku terjun ke sumur, orang - orang melihat ada anak kecil di dalam sumur, tapi bukan tercebur melainkan sedang berenang, saat itulah indra terjun ke sumur, di susul diriku yang melompat. Seharian di cari kami tidak di ketemukan termasuk anak tersebut, hingga di panggilkan orang pintar untuk mencari kami. Tapi setelah di beritahu orang pintar, agar di adakan tahlilan saja selama 7 hari sampai kami kembali sendiri. Karena setelah 7 hari, kecil harapan untuk kami kembali, tapi untungnya baru 3 hari, kami sudah kembali.
       Esoknya dengan bantuan orang pintar, kami timbun dan di semen sumur tersebut dengan di iringi bacaan bacan doa. Karena ternyata menurut informasi seorang bapak,kejadian itu bukan yang pertama aku alami, dia juga pernah mengalami kejadian serupa seperti yang aku alami beberapa puluh tahun silam, tapi saat itu anaknya berontak tidak mau di ajak kembali,akhirnya dia ketahuan, dan dia di lempar  ke luar sumur. Tapi saat dia cerita ke orang - orang tidak ada yang mau percaya, sebaliknya dia di kira gila karena tidak bisa menyelamatkan nyawa anaknya yang tenggelam ke dalam sumur.  Dan menurut info juga kejadian itu sudah beberapa kali terjadi, dalam kurun waktu tertentu selalu ada anak yang meninggal karena tenggelam di sumur tersebut.
       Tapi yang penting, sekarang anakku sudah kembali ceria lagi seperti semula, seakan tidak pernah terjadi apa - apa lagi sejak sumur tersebut di tutup oleh orang pintar, semoga tidak ada kejadian lain lagi seperti yang aku alami. Dan aku bersyukur kepada-NYA, masih di beri kepercayaan untuk merawat anakku, dan ku berjanji akan lebih memperhatikan anakku tiap perkembangannya, bukan hanya materiil tapi morilnya akan ku penuhi dan lebih ku perhatikan.